Stabilitas adalah sebuah proses dinamis yang meliputi
dua hal, yaitu posisi statis dan gerakan yang terkontrol .Berdasarkan
penelitian biomekanik oleh Punjab dan kawan-kawan, maka diperkenalkan konsep
stabilitas lumbopelvic fungsional, dimana stabilitas sebagai suatu
tindakan yang dilakukan oleh kerja antara tiga subsistem: pasif, aktif
dan persarafan.
Subsistem pasif terdiri dari struktur osseus atau vertebrae dan
diskus atau artikular, ligamen dan tulang belakang, serta pembatasan gerakan
segmental mereka. Fungsi daripada subsistem pasif ini adalah memonitor gerak
dan posisi spine.
Struktur aktif ini mengacu pada otot dan tendo sendiri, yang
menstabilkan segmen tulang belakang saat bergerak. Otot-otot harus memiliki
ketahanan dan kekuatan yang memadai untuk melakukan fungsi ini agar memuaskan
(karakteristik fungsional otot).
Subsistem saraf/ kontrol mengacu pada kontrol otot yang
menyediakan sokongan pada tulang belakang. Neuromuskular kontrol menyediakan
aksi bersama antara masukan aferen (proprioception) dan keluaran eferen dari
sistem saraf (koordinasi), dan memungkinkan otot untuk berkontraksi dengan
kekuatan yang diperlukan dan pada waktu yang tepat. Dengan kata lain bahwa
stabilitas tulang belakang dan juga daerah lumbo-pelvic adalah hasil kerja yang
sinergis dari 3 elemen utama menurut Punjab, 1992:
- Dukungan dari struktur pasif osseoligamentous. (Osteo-ligamentous subsystem)
- Dukungan aktif dari sistem otot. (muscle subsystem)
- Pengendalian sistem otot oleh saraf pusat (Central Nervous Subsystem)
Beberapa hal utama yang harus diperhatikan di dalam
mempelajari stabilitas adalah:
- Kontrol postural (kapasitas untuk menjaga proyeksi pusat gravitasi tubuh terhadap base of support) yang kurang baik di saat istirahat atau bergerak, misalnya, saat berdiri dengan otot fleksor pinggul dalam kondisi kontraksi dan kurangnya pertahanan pada glutealis dapat menunjukkan rendahnya kontraksi aktif otot Hal ini menjadi lebih nyata saat menjalankan aktivitas dengan level yang tinggi
- Spasme otot (ketegangan otot), dapat menyebabkan keterbatasan pada fleksor pinggul hal ini menunjukkan kontrol otot yang buruk pada otot panggul dan ketidakseimbangan antara pinggul dan otot-otot panggul
- Kelemahan otot (penurunan kapasitas otot), akan terlihat pada saat melakukan aktifitas gerak fungsional dan dapat dinilai dengan beberapa tessederhana untuk mengidentifikasi masalah, namun melakukan tesfungsional akan lebih baik, seperti; satu langkahkakiturun ataukegiatanmelompatakanmengidentifikasi masalahyang lebih spesifikyang perlu dikoreksi.
Core Stability
Core Stability secara definisi menurut Kibler (2006)
adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerakan batang badan melalui
panggul dan kaki sehingga memungkinkan menghasilkan kinerja gerakan tubuh yang
optimal, transfer dan kontrol kekuatan gerakan persegmen ke terminal
dalam sebuah aktifitas rantai kinetik terintegrasi.
Core dalam pengertiannya merujuk kepada daerah
Lumbo-Pelvic-Hip kompleks, Core menjadi daerah awal dari semua gerakan, dan
juga berkenaan dengan titik tumpu dari gaya gravitasi. Pada daerah
Lumbo-Pelvic-Hip ini terdapat 29 otot yang saling terkait untuk membentuk suatu
stability system.
Dengan adanya efisiensi dari Core yaitu kemampuan
untuk memelihara hubungan otot agonis dan antagonis sehigga dapat memperbaiki
penampilan postur, meningkatkan koordinasi gerakan, efisiensi tenaga dan
mengurangi angka risiko cidera.
Otot utama dari Core Muscle antara lain adalah
otot panggul, Transversus Abdominis, Multifidus, Internal dan Eksternal
Obliques, Rektus Abdominis, Sacrospinalis khususnya Longissimus
Thoracis, dan Diafragma. Minor Core Muscle termasuk Latisimus
Dorsi, Gluteus Maximus, dan Trapezius.
Dilihat dari letak core muscle tersebut, maka tidak
heran jika setiap gerakan fungsional dari anggota gerak akan saling berkaitan
erat dengan core muscle ini. Karena Core muscle menjadi “inti” atau pusat untuk
semua kekuatan yang dibutuhkan dalam meningkatkan pelaksanakan kegiatan fisik
yang berbeda.
Fungsi dari Core muscle
Fungsi umum dari core muscle untuk menstabilkan dada
dan panggul selama gerakan dinamis dan juga memberikan tekanan internal
untuk mengusir zat (muntah, kotoran, udara penuh karbon, dll).
Berdasarkan pergerakan tubuh, fungsi core musle dapat
dibagi menjadi dua, yaitu; static core function dan dynamic
core function.
1. Fungsi static core muscle
Fungsi statis core adalah kemampuan seseorang untuk menyelaraskan
dan menstabilisasi atau menjaga tubuh tetap diam melawan dorongan kekuatan dari
luar.
2. Fungsi dinamik core muscle
Sifat gerakan dinamis harus memperhitungkan struktur
kerangka kita (sebagai tuas) di samping kekuatan resistensi eksternal, dan
akibatnya menggabungkan sebuah kompleks yang sangat berbeda dari otot-otot dan
sendi melawan posisi statis. Karena itu desain fungsional, selama gerakan
dinamis ada ketergantungan lebih pada otot inti dari hanya kekakuan kerangka
seperti dalam situasi statis. Hal ini karena tujuan gerakan ini tidak melawan
tahanan, statis tidak berubah, tapi untuk melawan kekuatan yang
berhubungan dengan perubahan bidang gerak.
Dengan menggabungkan gerakan, tulang-tulang tubuh
harus menyerap perlawanan dengan cara cairan, dan dengan demikian tendon,
ligamen, otot, dan persarafan mengambil tanggung jawab yang berbeda. Tanggung
jawab ini meliputi reaksi postural dengan perubahan dalam kecepatan (kecepatan
dari kontraksi), gerak (reaksi waktu kontraksi) dan kekuatan (jumlah perlawanan
menolak dalam periode waktu).
Fungsi dinamis core muscle adalah menjaga
keseimbangan tubuh saat bergerak. Sebelum seseorang melakukan gerakan
yang lebih dulu mesti dilakukan adalah menciptakan keseimbangan tubuh untuk
dapat menggerakkan anggota tubuh lainya secara fungsional.
Manfaat melatih core muslce adalah sebagai berikut:
- Memperkuat core muscles akan memperbaiki postur tubuh dan mencegah sakit pinggang (low back).
- Membantu menjaga kesehatan otot, sehingga mencegah cidera pinggang lebih lanjut.
- Meningkatkan kinerja tubuh
- Latihan memperkuat core muscle tidak menyebabkan sakit nyeri otot.
- Memperpanjang otot dan mencegah ketidakseimbangan pijakan saat menjadi tua.
Pada daerah lumbar spine, otot local dan global
bekerja dalam harmony untuk memberikan keseimbangan biomekanik. Dengan
mempertimbangkan lumbar spine sebagai contoh; distribusi kekuatan pada sistem
local menunjukkan respon untuk mempertahankan atau memelihara kondisi postural,
selama system global menghasilkan gerakan dan membantu dalam stabilisasi
seperti yang seharusnya atau dibutuhkan. Local muscles (segmental
stabilization) dan Otot global mengontrol range of movement dan alignment.
proses pembentukan stabilisasi pada core muscle
(Model of core stability Jeffrey M. Willardson, 2007) dapat disimpulkan bahwa
mekanisme terbentuknya stabilisasi oleh otot inti (core muscle) terjadi
karena stimulasi dari gerak extremitas (aktifitas proprioceptor) melalui
pembebanan (external load) serta kondisi postural adjustments yang kemudian di
interpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai keputusan akan adanya kebutuhan
untuk melakukan stabilisasi pada region lumbopelvic, lalu di sampaikan ke otot
inti (stabilisator) serta mengaktivasi otot tersebut yang kemudian akan
menghasilkan stabilisasi serta kontrol saraf. Hal tersebut di atas juga
dikenal sebagai mekanisme Feed Forward Mechanism (FFM) yang memiliki
hubungan erat dengan otot-otot inti pada tubuh manusia.
Sumber: rioardhianto.blogspot.co.id
0 komentar:
Posting Komentar