Fleksibilitas adalah kemampuan jaringan disekitar sendi untuk terulur
semaksimal mungkin tanpa ada pengaruh dari jaringan lawanannya dan relaks.
Jaringan yang terulur tidak hanya beberapa ligamen,
fascia, dan jaringan konektif lainnya yang terkait dengan sendi, tetapi
otot-otot antagonis harus relaks (otot-otot yang melawan gerakan sehingga aksi
sendi bisa terbatas).
Sebagai contoh, keterbatasan seseorang yang tidak
mampu membengkokkan badannya dan menyentuh lantai tanpa membengkokkan lutut
maka kemungkinan besar disebabkan oleh tightness (ketegangan) tendon-tendon
otot hamstring daripada ketegangan ligamen-ligamen pada knee.
Beberapa orang yang menurun fleksibilitas shouldernya
akan terhambat pada saat mengangkat lengan kedepan-atas, dimana lebih banyak
disebabkan oleh tightness (ketegangan) otot pectoralis dan ketegangan ligamen
shoulder bagian anterior.
Fleksibilitas sendi merupakan komponen penting dari
kesehatan general dan physical fitness. Fleksibilitas yang cukup diinginkan
oleh semua individu dan mungkin sebagai pencegah LBP dan beberapa keluhan nyeri
yang menyertai perubahan usia.
Disamping itu, perbaikan performa dalam beberapa
aktivitas olahraga, serta pencegahan injury dan nyeri otot dapat dihasilkan
dari perkembangan program fleksibilitas yang tepat. Penggunaan stretching
exercise sebagai bagian dari warming-up dan cool-down khususnya sangat membantu
menurunkan injury dan nyeri otot.
Fleksibilitas terkait dengan sendi dan aktivitas
spesifik. ROM sendi bergantung pada struktur sendi dan pola gerakan yang
terjadi pada sendi tersebut.
ROM shoulder jauh lebih besar daripada ROM sendi-sendi
lainnya untuk seluruh aktivitas olahraga, tetapi perenang dan pemain baseball
memerlukan fleksibilitas shoulder yang besar daripada pemain basket atau weight
lifter.
Selain itu, derajat fleksibilitas yang besar pada satu
sendi bukan berarti akan memiliki derajat fleksibilitas yang besar pada sendi
yang lain.
Sebagai contoh, weight lifter (angkat besi) sering
memiliki fleksibilitas shoulder dibawah rata-rata dan fleksibilitas trunk
diatas rata-rata, sedangkan perenang sering memiliki fleksibilitas shoulder
diatas rata-rata dan fleksibilitas trunk yang rata-rata.
Beberapa orang yang ikut serta dalam aktivitas
spesifik menuntut perlunya ROM sendi untuk menghasilkan performa optimum dalam
aktivitasnya dan memilih latihan fleksibilitas yang tepat untuk setiap sendi
yang terlibat.
Fleksibilitas dapat diperbaiki dengan melakukan stretching
exercise secara teratur. Program latihan pemanasan (warm-up) dapat
menyebabkan otot antagonis relaks secara sempurna dan gerakan menjadi lebih
halus dan lebih terkoordinasi sehingga pemberian latihan stretching dapat
meningkatkan fleksibilitas jaringan.
Perbaikan fleksibilitas dapat disempurnakan dengan
melakukan latihan fleksibilitas (stretching) secara teratur dalam jangka waktu
yang lama. Pada program latihan fleksibilitas yang general mencakup stretching
pada jaringan-jaringan yang melintang di regio punggung bawah, hip, shoulder,
knee dan ankle.
Seringkali, latihan digambarkan sebagai bagian dari
program rehabilitasi yang dilakukan melalui ROM penuh pada sendi yang injury/cidera
(Knight, 1979, dan Smodlaka, 1980). Prosedur tersebut menunjukkan pentingnya
pemulihan ROM penuh sebagai elemen penting dari proses rehabilitasi.
Adanya bukti (evidence) yang menyatakan bahwa
kebanyakan spekulatif dengan beberapa penelitian ilmiah mendukung suatu
pernyataan bahwa fleksibilitas merupakan hal yang penting untuk olahraga.
Meskipun demikian, suatu konsep dasar menjelaskan
bahwa fleksibilitas merupakan kebutuhan bagi atlit.
Oleh karena itu, tujuan pengukuran ROM adalah untuk
memperoleh nilai kuantitatif yang dapat dibandingkan diantara beberapa
individu. Pengukuran ini dapat digunakan untuk memeriksa adanya perbaikan dan
untuk mengidentifikasi lingkup problem yang berkaitan dengan performa jelek
atau kemungkinan injury/cidera
RELEVANSI
Relevansi fleksibilitas dengan olahraga dapat
tercermin secara sederhana dengan mengobservasi skill dan pola gerakan yang
berkaitan dengan beberapa olahraga yang berbeda.
Hal ini akan menjadi tugas yang berat dengan mencatat
seluruh pola gerakan dan mengidentifikasi seluruh sendi yang mengalami ROM
penuh atau ROM berlebihan.
Oleh karena itu, sebagai pelatih olahraga harus mampu
mengembangkan kemampuannya mengevaluasi skill dan mengidentifikasi sendi-sendi
dan aksi sendi yang terlibat dalam menghasilkan skill yang sempurna.
PROSEDUR TES
Beberapa prosedur tes untuk mengukur fleksibilitas
akan dijelaskan dalam literatur ini. Secara umum, prosedur tes dibagi ke dalam
teknik langsung dan teknik tidak langsung.
Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung biasanya melibatkan pengukuran
jarak linear antara segmen-segmen tubuh atau dari external objek. Teknik yang
paling populer adalah tes-tes berdiri dan duduk menyentuh jari-jari kaki
(Cureton, 1941; Kraus and Hirshland, 1954; Wells and Dillan, 1952, dan
Fleishman, 1963). Ketiga teknik tersebut akan diperkenalkan sebagai contoh.
Cureton’s Test untuk level minimal dari fleksibilitas.
- Menyentuh lantai. Seseorang berdiri dengan kedua tangan disamping , kemudian secara perlahan membungkuk ke depan dan menyentuh lantai dengan ujung jari tangan sementara mempertahankan kedua knee tetap lurus.
Dikatakan lulus, laki-laki jika ujung jari tangan
menyentuh lantai, dan wanita jika palmar tangan menyentuh lantai.
- Trunk membungkuk ke depan. Seseorang duduk diatas meja/bed, kedua tungkai lurus, dan bengkokkan badan ke depan sejauh mungkin. Jarak antara dahi dengan meja/bed diukur.
- Extensi trunk. Seseorang tidur tengkurap diatas meja/bed dengan kedua kaki rapat diatas meja/bed, kemudia angkat kepala dan dada sejauh mungkin. Jarak dari dahi ke meja/bed diukur.
Kraus-Weber Floor Touch Test
Tes ini didesain untuk mengukur panjang otot punggung
dan hamstring. Seseorang berdiri tanpa sepatu atau menggunakan kaos kaki, kedua
tangan disamping tubuh, kedua knee lurus, kemudian secara perlahan membungkuk
ke depan untuk menyentuh lantai dan pertahankan selama 3 detik tanpa pantulan.
Lulus atau gagal.
Wells dan Dillian Test
Tes-tes berikut ini dibandingkan sebagai metode
pengukuran fleksibilitas tungkai dan punggung.
- Standing bobbing. Seseorang berdiri diatas bench gymnasium dengan kedua lengan dan tungkai relax ke depan. Kemudian lakukan gerak turun naik sebanyak 4 kali dan pertahankan posisi maksimum stretch. Pengukuran diambil dari bench ke ujung jari tangan; diatas bench berarti negatif, dibawah bench berarti positif.
- Sit and reach. Seseorang duduk diatas lantai dengan kedua tungkai mengangkang pada sebuah bar bench. Seseorang melakukan gerakan ke depan sebanyak 4 kali dan pertahankan dalam posisi maksimum. Pengukuran diambil dari ujung jari tangan ke tanda zero (nol) pada lantai.
Tes-tes tersebut tidak memberikan suatu pengukuran
yang akurat dari ROM sendi, karena nilainya dipengaruhi oleh anthropometric
seseorang (Broer and Galles, 1958, and Water, 1963). Oleh karena itu, tes-tes
metode tidak langsung tidak memberikan informasi yang adekuat tetapi dapat
berguna untuk perbandingan antara individu.
Metode Langsung
Goniometer seringkali digunakan untuk mengukur ROM
sendi dalam derajat. Pusat goniometer diposisikan pada axis rotasi sendi, dan
kedua lengan goniometer dalam posisi alignment dengan axis longitudinal tulang
pada segmen yang berdekatan.
Baru-baru ini, goniometer telah dikritik dan tidak
lama kemudian dipertimbangkan sebagai alat pengukuran ROM yang reliabel
(Markas, 1979; Speakman and Kung, 1978). Ada 2 problem utama alat pengukuran
ini yaitu mengidentifikasi axis gerak bagi aksi gerak yang kompleks (Moore,
1979), dan posisi dari kedua lengan goniometer disepanjang segmen tulang
(Harris, 1969).
Leighton flexometer (1942) (lihat gambar 7.3)
merupakan instrumen lainnya yang didesain untuk mengukur ROM secara langsung.
Flexometer terdiri dari jarum gravitasi dan sebuah strap perekat untuk anggota
gerak.
Flexometer dapat digunakan untuk mengukur ROM beberapa
sendi dan untuk aksi sendi yang berbeda-beda.
Koefisien reliabilitas semua alat ini yang dilaporkan
dalam literatur ini adalah sangat baik (Hupprich and Sigerseth, 1950; Sigerseth
and Haluski, 1950; Mathews et al., 1957; Harris, 1969, and Munroe and Romance,
1975).
Problem utama yang dikutip dalam literatur ini adalah
flexometer tidak dapat membedakan secara adekuat antara ROM hip dan punggung
(Twoney and Taylor, 1979).
Radiography telah dipertimbangkan oleh beberapa orang
sebagai alat pengukuran ROM yang paling valid (Kott and Mundale, 1959).
Meskipun sebenarnya alat ini khususnya untuk beberapa
gerakan, tetapi ada beberapa problem yang jelas berkaitan dengan sinar
radioaktif, aksebilitas peralatan, dan training personil.
Pada akhirnya, terdapat electrogoniometer yang dapat
mengukur ROM sendi selama aktivitas (Karpovich and Karpovich, 1959).
Dengan penelitian dan perkembangan yang lebih lanjut,
hal ini dapat dipikirkan bahwa instrumen ini dapat digunakan untuk mengukur
dinamik ROM.
PROSEDUR TES YANG DIREKOMENDASIKAN
Tidak ada teknik yang dapat mengukur gabungan ROM
beberapa sendi selama gerakan olahraga tertentu. Alternatif terbaik berdasarkan
pada literatur sekarang adalah Leighton flexometer.
Ada 6 alasan dasar untuk kesimpulan ini :
- Alat ini dapat memberikan hitungan/angka derajat ROM secara langsung.
- Posisi awal distandarisasi karena adanya jarum gravitasi.
- Pemeriksa tidak harus melokalisasi atau mengambil pusat rotasi sendi; peletakan flexometer dapat didokumentasikan dengan baik.
- Alat tersebut dapat mengukur beberapa sendi dan aksi sendi.
- Alat ini relatif tidak mahal dibandingkan dengan X-Ray, photographic, atau pengukuran tipe proyektor; alat ini memberikan hasil yang cepat.
- Seluruh koefisien reliabilitas yang dilaporkan dalam literatur ini adalah tinggi.
Flexometer yang ada (Cat. No. 5059) berasal dari J.A.
Preston Canada Co. 3220 Wharton Way Mississauga, Ontario L4X 2C1.
Problem utama adalah mengidentifikasi protokol test
yang cocok untuk salah satu kebutuhan tes tertentu. Munroe dan Romance (1975)
menggunakan Leighton Flexometer untuk mengembangkan suatu baterai tes yang
dapat digunakan untuk memprediksi seluruh fleksibilitas.
Empat ukuran yang dapat diidentifikasi adalah lateral
fleksi trunk, adduksi dan abduksi shoulder, adduksi dan abduksi hip, serta
fleksi dan extensi wrist. Keempat tes ini dapat digunakan untuk membentuk basic
skeleton tes dalam mengukur seluruh fleksibilitas.
Kemudian pelatih dan/atau tim terapis harus
mengidentifikasi aksi sendi yang spesifik terhadap berbagai skill yang
digunakan dalam olahraga dan menyertakan pengukuran ini kedalam seluruh
prosedur.
Tes fleksibilitas harus dilaksanakan sebelum memulai
latihan/olahraga dan secara riodik pada seluruh latihan. Pengukuran juga harus
dilakukan setelah injury dan setelah rehabilitasi.
Prosedur tes yang aktual berdasarkan pada 11 langkah
dibawah ini. Seluruh informasi harus dicatat secara akurat dengan bentuk yang
sama dengan salah satu dalam tabel 7.4. seseorang diminta untuk memakai pakaian
renang/mandi jika memungkinkan.
- Cek dan kalibrasi alat-alat : a) flexometer; b) tape measure; c) thermometer ruangan; d) skala berat badan; e) bentuk laporan.
- Catat informasi personal : nama, tanggal lahir, olahraga, posisi pemain.
- Catat tanggalnya.
- Catat berat badannya dalam kilogram.
- Ukur tinggi badannya tanpa sepatu; catat dalam sentimeter.
- Ukur lengan kanannya dari acromion (ujung shoulder) ke ujung jari tengah; catat dalam sentimeter.
- Ukur tungkai kanannya dari trochanter mayor ke lantai; catat dalam sentimeter.
- Catat temperatur ruangan dalam derajat Celcius.
- Tunjukkan lebih dahulu intensitas pemanasan.
- 10. Ukur ROM sendi dengan menggunakan prosedur-prosedur yang didasarkan pada Leighton (1966). Catat dalam derajat.
- 11. Paraf bentuk laporannya.
INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN
Interpretasi hasil pengukuran ini adalah sulit karena
ROM normal untuk atlit pada olahraga yang berbeda-beda tidak didokumentasikan
dengan baik dalam literatur ini. Leighton (1966) memperkenalkan pengukuran
fleksibilitas antara usia 16 – 40 tahun dimana dapat digunakan untuk
perbandingan general.
Meskipun demikian, pelatih dan terapis harus mampu
mengidenti-fikasi area problem yang spesifik pada olahraga tersebut.
Dari hasil tes diatas, salah satu langkah tidak dapat
membuat prediksi yang berkaitan dengan kesuksesan performa atlit atau
pencegahan injury, tetapi kemungkinan salah satu langkah mampu mengidentifikasi
area-area yang membutuhkan perhatian.
PROSEDUR TES LAINNYA
Hip Flexion
Test
Tes ini bertujuan untuk mengukur fleksibilitas fleksor
hip dan memonitor perkembangan fleksor hip atlit.
Pelaksanaan tes ini memerlukan permukaan yang tidak
licin. Langkah-langkah pengukuran adalah :
- Atlit dalam posisi tidur terlentang
- Atlit diminta mengangkat lutut kirinya dengan kedua tangannya sendiri untuk menarik lutut kiri ke dada.
- Fleksibilitas dikatakan normal jika tungkai kanan masih tetap datar/rapat dengan lantai.
- Fleksor hip dikatakan tightnes (fleksibilitas terganggu), jika tungkai kanan ikut terangkat dari lantai.
- Ulangi pada tungkai lainnya
Untuk menganalisis hasil pengukuran maka perlu
dibandingkan antara hasil tes awal dan tes akhir. Dengan program training yang
tepat, maka diharapkan analisis tersebut menunjukkan perbaikan.
Tes ini cocok untuk atlit yang aktif dan dominan
menggunakan fleksibilitas fleksor hip dalam aktivitas olahraganya.
Sit and
Reach Test
Tes ini bertujuan untuk mengukur fleksibilitas
punggung bawah dan hamstring dan memonitor perkembangan fleksibilitas punggung
bawah dan hamstring atlit.
Untuk melakukan tes ini, maka diperlukan alat berupa
bench atau meja sit and reach yang dilengkapi dengan penggaris atau skala, dan
seorang asisten. Langkah-langkah pengukuran adalah:
- Atlit duduk diatas lantai tanpa sepatu dan kaos kaki, kaki rapat dengan alat tersebut dan kedua tungkai lurus.
- Atlit diminta untuk mencapai (bergerak) ke depan dan mendorong kedua jari tangan disepanjang alat sejauh mungkin.
- Jarak dari ujung jari tangan ke tepi alat merupakan skore fleksibilitasnya.
- Alat tersebut memiliki serambi dengan panjang 15 cm, sehingga atlit yang mencapai angka 10 maka skorenya adalah 15 + 10 = 25 cm.
- Tes ini sebaiknya diulang sampai 3 kali, dimana skore terbaik dicatat.
Untuk menganalisis hasil pengukuran maka perlu
dibandingkan antara hasil tes awal dan tes akhir. Dengan program training yang
tepat, maka diharapkan analisis tersebut menunjukkan perbaikan.
Tes ini memiliki validitas tinggi karena terdapat
tabel yang berkaitan dengan hasil level fitness yang potensial dan memiliki
korelasi yang tinggi.
Tabel Sit and Reach untuk usia 16 – 19 tahun
Gender
|
Excellent
|
Above
average
|
Average
|
Below
average
|
Poor
|
Male
|
>14
|
11 – 14
|
7 – 10
|
4 – 6
|
<4
|
Female
|
>15
|
12 – 15
|
7 – 11
|
4 – 6
|
<4
|
Table Reference: Davis B. et al; Physical Education
and the Study of Sport; 2000
Tabel Sit and Reach untuk usia 20 tahun keatas
Jenis
Kelamin
|
Sgt Baik
|
Baik
|
Sedang
|
Kurang
|
Sgt Kurang
|
Laki-laki
|
> 28cm
|
24-28cm
|
20-23cm
|
17-19cm
|
<17cm
|
Perempuan
|
>35cm
|
32-35cm
|
30-31cm
|
25-29cm
|
<25cm
|
Modified Sit
and Reach Test
Tes ini bertujuan untuk mengukur fleksibilitas trunk
dan hip dan memonitor perkembangan fleksibilitas trunk dan hip atlit.
Untuk melakukan tes ini, maka diperlukan alat berupa
bench atau meja sit and reach, kayu meteran dan seorang asisten.
Langkah-langkah pengukuran adalah :
Posisi Awal
- Atlit duduk diatas lantai dengan punggung dan kepala rapat di dinding/tembok, kedua tungkai secara penuh ekstensi dengan telapak kaki rapat dengan alat tersebut.
- Letakkan kedua tangan diatas alat, ulurkan kedua lengan ke depan sementara mempertahankan kepala dan punggung tetap rapat di dinding/tembok.
- Ukur jarak dari ujung jari tangan ke tepi alat dengan kayu meteran/penggaris. Ukuran ini menjadi posisi zero atau titik awal.
Gerakan
- Bungkukkan badan secara perlahan dan capai ke depan sejauh mungkin dengan jari-jari tangan slide disepanjang penggaris.
- Pertahankan posisi akhir selama 2 detik.
- Catat jarak yang dicapai sampai 1/10 inchi yang terdekat.
- Ulangi tes sebanyak 3 kali dan catat jarak yang terbaik.
Untuk menganalisis hasil pengukuran maka perlu
dibandingkan antara hasil tes awal dan tes akhir. Dengan program training yang
tepat, maka diharapkan analisis tersebut menunjukkan perbaikan.
Tes ini memiliki validitas tinggi karena terdapat
tabel yang berkaitan dengan hasil level fitness yang potensial dan memiliki
korelasi yang tinggi.
Tabel Sit and Reach untuk usia 16 – 19 tahun
Gender
|
Excellent
|
Above
average
|
Average
|
Below
average
|
Poor
|
Male
|
>14cm
|
11 – 14cm
|
7 – 10cm
|
4 – 6cm
|
<4cm
|
Female
|
>15cm
|
12 – 15cm
|
7 – 11cm
|
4 – 6cm
|
<4cm
|
Table Reference: Davis B. et al; Physical Education
and the Study of Sport; 2000
Static Flexibility Test – Ankle
Tes ini bertujuan untuk mengukur fleksibilitas ankle
dan memonitor perkembangan fleksibilitas ankle bagi atlit.
Untuk melakukan tes ini, maka diperlukan kayu meteran
dan seorang asisten. Langkah-langkah pengukuran adalah :
Posisi Awal
- Berdiri menghadap ke dinding/tembok
- Kaki datar/rata dengan tanah, jari-jari kaki menyentuh dinding.
- Sandarkan badan ke dinding/tembok.
Gerakan
- Geser kaki secara perlahan ke belakang dari dinding sejauh mungkin.
- Pertahankan kaki tetap rapat dengan tanah, tubuh dan knee tetap ekstensi penuh serta dada tetap kontak dengan dinding/tembok
- Ukur jarak antara garis jari-jari kaki dan dinding/tembok – sampai ¼ inchi terdekat.
- Ulangi tes sebanyak 3 kali dan catat jarak yang terbaik.
Untuk menganalisis hasil pengukuran maka perlu dibandingkan
antara hasil tes awal dan tes akhir. Dengan program training yang tepat, maka
diharapkan analisis tersebut menunjukkan perbaikan.
Tes ini memiliki validitas tinggi karena terdapat
tabel yang berkaitan dengan hasil level fitness yang potensial dan memiliki
korelasi yang tinggi.
Tabel Ankle Flexibility Test dalam inchi
Rating
|
Men
|
Women
|
Excellent
|
>35.00
|
>32.00
|
Good
|
35.00 –
32.51
|
32.00 –
30.51
|
Average
|
32.50 –
29.51
|
30.50 –
26.51
|
Fair
|
29.50 –
26.50
|
26.50 –
24.25
|
Poor
|
<26.50
|
<24.25
|
Table adapted from Johnson B.L. & Nelson J.K.
Practical Measurements for Evaluation in PE 4th Ed. 1986
Static
Flexibility Test – Hip dan Trunk
Tes ini bertujuan untuk mengukur fleksibilitas hip dan
trunk serta memonitor perkembangan fleksibilitas hip dan trunk bagi atlit.
Untuk melakukan tes ini, maka alat berupa peti (box)
sit and reach, dan penggaris. Langkah-langkah pengukuran adalah :
Posisi Awal
- Duduk diatas lantai dengan punggung dan kepala rapat di dinding/tembok, kedua tungkai ekstensi penuh dengan telapak kaki rapat dengan alat tersebut.
- Letakkan kedua tangan diatas alat, ulurkan kedua lengan ke depan sementara mempertahankan kepala dan punggung tetap rapat di dinding/tembok.
- Ukur jarak dari ujung jari tangan ke tepi alat dengan kayu meteran/penggaris. Ukuran ini menjadi posisi zero atau titik awal.
Gerakan
- Bungkukkan badan secara perlahan dan capai ke depan sejauh mungkin dengan jari-jari tangan slide disepanjang penggaris.
- Pertahankan posisi akhir selama 2 detik.
- Catat jarak yang dicapai sampai 1/10 inchi yang terdekat.
- Ulangi tes sebanyak 3 kali dan catat jarak yang terbaik.
Untuk menganalisis hasil pengukuran maka perlu
dibandingkan antara hasil tes awal dan tes akhir. Dengan program training yang
tepat, maka diharapkan analisis tersebut menunjukkan perbaikan.
Tes ini memiliki validitas tinggi karena terdapat
tabel yang berkaitan dengan hasil level fleksibilitas yang potensial dan
memiliki korelasi yang tinggi.
Tabel Hip – Trunk Flexibility Test dibawah usia 36
tahun.
Rating
|
Men
|
Women
|
Excellent
|
>17.9
|
>17.9
|
Good
|
17.0 –
17.9
|
16.7 –
17.9
|
Average
|
15.8 –
16.9
|
16.2 –
16.6
|
Fair
|
15.0 –
15.7
|
15.8 –
16.1
|
Poor
|
<15.0
|
<15.4
|
Tabel Hip – Trunk Flexibility Test usia 36 – 49 tahun
Rating
|
Men
|
Women
|
Excellent
|
>16.1
|
>17.4
|
Good
|
14.6 –
16.1
|
16.2 –
17.4
|
Average
|
13.9 –
14.5
|
15.2 –
16.1
|
Fair
|
13.4 –
13.8
|
14.5 –
15.1
|
Poor
|
<13.4
|
<14.5
|
Tables adapted from Johnson B.L. & Nelson J.K.
Practical Measurements for Evaluation in PE 4th Ed. 1986
Static
Flexibility Test – Shoulder dan Wrist
Tes ini bertujuan untuk mengukur fleksibilitas shoulder
dan wrist serta memonitor perkembangan fleksibilitas shoulder dan wrist bagi
atlit.
Untuk melakukan tes ini, maka alat berupa kayu meteran
atau penggaris. Langkah-langkah pengukuran adalah :
Posisi awal
- Tidur tengkurap diatas lantai dengan kedua lengan secara penuh ekstensi dengan memegang sebuah tongkat.
Gerakan
- Angkat tongkat setinggi mungkin, pertahankan hidung tetap rapat ditanah/lantai.
- Ukur jarak vertikal tongkat yang terangkat dari lantai sampai ½ inchi yang terdekat.
- Ulangi tes sebanyak 3 kali dan catat jarak yang terbaik.
- Ukur panjang lengan dari acromion ke ujung jari yang paling panjang.
- Kurangi skore terbaik dari panjang lengan
Untuk menganalisis hasil pengukuran maka perlu
dibandingkan antara hasil tes awal dan tes akhir. Dengan program training yang
tepat, maka diharapkan analisis tersebut menunjukkan perbaikan.
Tes ini memiliki validitas tinggi karena terdapat
tabel yang berkaitan dengan hasil level fleksibilitas yang potensial dan
memiliki korelasi yang tinggi.
Tabel Shoulder – Wrist Flexibility Test.
Rating
|
Men
|
Women
|
Excellent
|
>12.50
|
>11.75
|
Good
|
12.50 –
11.50
|
11.75 –
10.75
|
Average
|
11.49 –
8.25
|
10.74 –
7.50
|
Fair
|
8.24 –
6.00
|
7.49 –
5.50
|
Poor
|
<6.0
|
<5.50
|
Table adapted from Johnson B.L. & Nelson J.K.
Practical Measurements for Evaluation in PE 4th Ed. 1986
Static
Flexibility Test – Trunk and Neck
Tes ini bertujuan untuk mengukur fleksibilitas trunk
dan neck serta memonitor perkembangan fleksibilitas trunk dan neck bagi atlit.
Prosedur pelaksanaan tes ini sebagai berikut :
- Posisi Awal :
- Atlit/orang coba tidur tengkurap dilantai dengan kedua tangan saling mengapit dibelakang kepala.
- Gerakan :
- Angkat trunk & kepala setinggi mungkin sementara mempertahankan hip tetap kontak dengan lantai.
- Seorang asisten mempertahankan kaki & tungkai tetap rapat dengan lantai.
- Catat jarak vertikal yang dicapai sampai ¼ inchi terdekat, dari ujung hidung ke lantai.
- Ulang prosedur tes tersebut 3 kali dan catat skornya (jarak vertikal).
- Skor yang terbaik dicocokkan dengan tabel trunk and neck flexibility
Untuk menganalisis hasil pengukuran maka perlu
dibandingkan antara hasil tes awal dan tes akhir. Dengan program training yang
tepat, maka diharapkan analisis tersebut menunjukkan perbaikan.
Tes ini memiliki validitas tinggi karena terdapat
tabel yang berkaitan dengan hasil level fleksibilitas yang potensial dan
memiliki korelasi yang tinggi.
Tabel Trunk and Neck Flexibility Test
Rating
|
Men
|
Women
|
Excellent
|
>10.00
|
>9.75
|
Good
|
10.00 –
8.00
|
9.75 –
7.75
|
Average
|
7.99 –
6.00
|
7.74 –
5.75
|
Fair
|
5.99 –
3.00
|
5.74 – 2.00
|
Poor
|
<3.00
|
<2.00
|
Table adapted from Johnson B.L. & Nelson J.K.
Practical Measurements for Evaluation in PE 4th Ed. 1986
- Static Flexibility Test – Shoulder
Tes ini bertujuan untuk mengukur fleksibilitas
shoulder dan memonitor perkembangan fleksibilitas shoulder bagi atlit. Tes ini
menggunakan tali atau meteran kain.
Prosedur pelaksanaan tes adalah sebagai berikut :
- Posisi Awal :
- Pegang salah satu ujung tali dengan tangan kiri.
- Tangan kanan memegang tali dengan jarak 4 inchi dari tangan kiri
- Ekstensikan kedua lengan didepan dada (chest) dan rotasikan lengan melewati atas kepala serta dibelakang leher sampai tali menyentuh punggung.
- Adanya tahanan menyebabkan tangan kanan slide (bergeser) disepanjang tali.
- Ukur jarak antara 2 ibu jari – sampai ¼ inchi terdekat.
- Ukur lebar shoulder dari deltoid ke deltoid – sampai ¼ inchi terdekat.
- Kurangi jarak lebar shoulder dengan jarak antara 2 ibu jari
- Ulangi tes sebanyak 3 kali dan catat hasilnya.
- Hasil yang terbaik dicocokkan dengan tabel shoulder flexibility test
- Gerakan :
Untuk menganalisis hasil pengukuran maka perlu
dibandingkan antara hasil tes awal dan tes akhir. Dengan program training yang
tepat, maka diharapkan analisis tersebut menunjukkan perbaikan.
Tes ini memiliki validitas tinggi karena terdapat
tabel yang berkaitan dengan hasil level fleksibilitas yang potensial dan
memiliki korelasi yang tinggi.
Tabel Shoulder Flexibility Test
Rating
|
Men
|
Women
|
Excellent
|
<7.00
|
<5.00
|
Good
|
11.50 –
7.00
|
9.75 –
5.00
|
Average
|
14.50 –
11.49
|
13.00 –
9.74
|
Fair
|
19.75 –
14.49
|
17.75 –
12.99
|
Poor
|
>19.75
|
>17.75
|
Table adapted from Johnson B.L. & Nelson J.K.
Practical Measurements for Evaluation in PE 4th Ed. 1986
Sumber: rioardhianto.blogspot.co.id
0 komentar:
Posting Komentar